Jumat, 10 Oktober 2014

tentang jual dan menjual

belum selesai mata saya membaca tentang feminism, bagaimana wanita keluar dari apa yang disebut dengan 'kungkungan' dan 'opresi' dari lingkungan dan adat, saya dikejutkan oleh peristiwa jual dan menjual.

wanita, makhluk ciptaan Tuhan yang menurut saya sangatlah esensial.
saya mengatakan ini bukan kerena saya wanita,
wanita, entah kenapa selalu menjadi sorotan, obyek yang selalu menarik untuk dibicarakan
entah dalam hal yang dianggap tabu, atau hal yang berhubungan dengan keanggunan, kelemah lembutan, atau bahkan kepasrahan.

wanita, identik akan keindahan
tapi dengan memiliki aspek keindahan itu, bukan berarti mereka harus menjadi sebuah obyek pemuasan hasrat.
entah itu hasrat sebatas pandangan mata atau lebih dari itu.
saat ini banyak sekali pergerakan atau lembaga perlindungan yang berkoar koar tentang hak perlindungan wanita sebagai obyek eksploitasi dan opresi dari pihak tertentu.
tapi apakah mereka pernah meng cross check ulang.
ketika mereka berteriak teriak masalah itu, apakah mewakili semua suara wanita?

ironisnya.
ketika mulai banyak wanita yang sadar akan hak yang dimilikinya, perlindungan yang harus mereka
 dapatkan, makin banyak pula wanita yang rela 'menjual' haknya. entah demi apa.
banyak wanita yang 'menjual' hak kaumnya.
saya sangat tercengang!
karena saya melihat dengan mata kepala saya sendiri.
lelucon apa lagi ini?

entahlah, saya tak mau berbicara lebih jauh
saya bukan orang yang cerdas, saya tidak mau menghakimii siapapun
bukannya saya egois
saya hanya menghormati perspektif orang lain.
hah?
menghargai perspektif?
perspektif akan kesesatan?
menghargai kesesatan?

ahh, jujur saya sangat terganggu ketika saya melihat kaum saya. kaum wanita (ini agak personal) dijadikan obyek. apalagi sebagai obyek tabu.
tapi saya bisa apa?
kaum saya sendirilah yang mau dan rela dijadikan obyek!
saya juga bingung harus menyalahkan siapa.
ah entahlah
peristiwa jual dan mejual ini, sedikit membuat otak saya lelah dan depresi.

saya sebenarnya peduli, sangat peduli.
tapi ketika yang saya pedulikan tidak mempedulikan diri mereka sendiri
bukankah itu percuma?
yayayayayayaa
saya sedang berbicara dengan tembok..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar