Jumat, 26 Juni 2015

kamu kamu dan kamu

kamu, tak pernah pergi jauh .
aku tahu
saat aku berada dalam keramaian dan memejamkan mata
aku masih dengan jelas melihat beberapa gambaran gambaran senyum simpulmu
saat aku tertawa terbahak bahak
aku berfikir, apakah kamu juga tertawa
saat aku berbagi kelakar dengan orang disekelilingku
aku bertanya tanya, apakah kamu juga mendengarkan .
tapi aku tahu
kamu tidak pernah pergi

musik musik tua yang dulu sering kita putar
alunan alunan merdu membuai kita membangun mimpi mimpi indah
masih ada dan masih sering aku dendangkan

Selasa, 23 Juni 2015

dua puluh tiga juni

pukul 19.45
seharusnya saya sudah pulang dan menikmati empuknya ribuan tembang
berbantalkan angin jalanan
tapi apalah daya, saya harus terjebak dalam tempat ini
menunggu sesuatu yang tak pasti kapan jadinya
sendirian
dan dalam kesendirian ini saya mulai mempertanyakan
apakah arti loyalitas itu
mungkin tulisan saya ini akan sangat menyentil beberapa pihak
tapi saya merasa tidak perlu meminta maaf.
ketika kita loyal pada sesorang, bukan berarti kita akan mendapat perlakuan yang sama
kenapa saya bisa bilang begitu?
karena memang itu yang sekarang saya rasakan
sudahlah saya enggan membicarakan omong kosong macam ini
biar mereka meraba raba,
biar mereka tahu sendiri apa hitam mereka dan apa putih mereka
apabila mereka benar benar tidak bisa meraba
biar Tuhan yang menyibakkan semua batasan yang ada

halte

beberapa kisah memang tak tahu harus berakhir dimana
beberapa kisah memang tak tahu harus berakhir seperti apa
kita bagaikan penumpang bus di sebuah negara asing
tak tahu arah, tak tahu bus itu menuju kemana, tak tahu ada berapa halte yang akan kita lewati.
gelisah
perasaan yang sering muncul dalam benak muka muka lelah
terkadang kita hanya harus menutup mata
menunggu, menunggu, dan terus menunggu
hingga bus itu berhenti
hingga kondektur bermuka ramah menggoyangkan badan kita
hingga kita benar benar bisa berkata pada diri kita sendiri
"aku sudah sampai" .

Selasa, 16 Juni 2015

enam belas juni

saat ini dekstop komputer tua saya menunjukkan pukul 11.52
sudah beberapa jam melewati waktu di tempat yang cukup membosankan ini
entahlah, dari pagi jiwa saya entah sedang berkunjung kemana.
hingga siang ini tak ada tanda tanda jiwa saya kembali dalam raga.

tubuh saya sangat sangat letih
saya rindu angin
saya rindu guyuran hujan
saya rindu tawa tawa kecil
saya rindu kenakalan masa muda.

beberapa helai rambut saya mulai rontok
sang waktu terus menggilas dan menggilas semua kenangan indah saya
disinilah saya, berkutat untuk menemukan jalan mana yang saya tempuh
saya rindu ayah saya.
rindu bertukar pikiran, bertukar pendapat.

sebenarnya saya tak pernah punya masalah dengan kesendirian
tapi dengan kekosongan berbeda lagi ceritanya
mungkin beratus ratus eksemplar buku tak akan mampu menjelaskan, membabarkan bagaimana parahnya permasalahan saya dengan kekosongan.

sudahlah kekosongan ini mulai menjalar dalam kerongkongan saya.
saya sudah kehabisan kata

Selasa, 09 Juni 2015

menyusuri mojokerto-jombang (part1)

Oke saya akui, hari mulai merangkak dengan cepat dan tak terasa mulai memasuki terowongan juni..

Juni juni juni
Pesonamu sudah mendekat, mengipnotis mata mata telajang. Juni yang suci. Juni yang bersih. (amin)
Aku tak pernah siap menuliskan kata atau melukiskan gambar gambar dalam kertas yang baru.
Tapi untuk bulan juni ini aku berani melukiskan sebuah gambar abadi dalam ingatan. Aku berani menuliskan nama nama baru dalam hati dan memori.
Kisahku dimulai dari dua lembar kertas seharga 22K, sepasang sepatu sneakers yang sudah kuanggap sebagai sahabatku, tas ransel yang tak pernah lepas dari punggungku. Mereka menemaniku mengunjungi rumah seorang atau tepatnya dua orang kawan lama.
Jombang. Mungkin kota yang jarang dan mungkin tidak pernah dijadikan sebagai tempat melepas penat dari hiruk pikuknya kehidupan yang saling dorong, saling sikut, saling tendang atau bahkan saling bunuh. (haha, oke saya agak hiperbola)
dan disanalah saya, duduk diatas kursi tunggu yang dingin bersama beberapa puluh orang. Menunggu kereta di pagi buta.
Kereta yang akan membawa saya mengarungi dua hari penuh kedamaian. Kaki saya menginjak jombang sekitar pukul setengah 7. Dan udara sejuk stasiun Peterongan pun membelai wajah saya.




Saya dijemput kawan saya di stasiun kecil namun asri ini. Dan terbanglah kami menuju rumah si yanto. :D..  hari masih pagi, waktu yang tepat untuk minum kopi. Dan kopi racikan Ibu nya yanto amat sangat nikmat.. (love coffee)
.

Dengan secangkir kopi, kami melepas rindu, beberapa bulan tak bertemu, berbagi kisah kisah lucu. Hahahaha. Banyak sekali hal yang kita bicarakan, mulai ujung barat sampai ujung timur, dari utara hingga selatan. Setelah banyak bercerita, waktunya saya merampok dia. Hehehe..
Dia berjanji akan mengajak saya mengenal lebih dekat jombang. Dan diboncenglah saya menuju tujuan pertama. 

Candi Berahu.

Well, sebenarnya saya kurang tahu ini candi masuk wilayah mana. Sebab sepertinya sih bukan wilayah jombang. 
Dan dugaan saya benar, Candi Berahu masuk wilayah mojokerto (seketika saya merasa ditipu, hahahaha)
Tapi tak apalah, toh tujuan saya kesini melepas penat dan kebosanan yang sudah meluap2 di ubun2 heheheheehe.
Candi berahu termasuk wisata yang murah kawan, karena memang tidak ada tiket masuk. Cukup bermodalkan 3K untuk retribusi parker (kasian tukang parkirnya kepanasan :D), 5K untuk pentol dan 3K untuk es tebu, kami berdua siap berkeliling candi ini..
secara teknis, kompleks candi sama seperti taman taman di kota Surabaya. Banyak tumbuhan yang ditata berbagai macam rupa, rumputnya pun nyaman untuk ditiduri. Hahahahaha (pelor.. nempel molor). Cuman bedanya disana lebih asri, lebih nyaman dan tentram (alah) mungkin karena lingkungan sekitar candi yang memang dipenuhi oleh ladang tebu. 


okeee... jam kerja saya sudah mau habisss.. saya mau pulang
kindly wait for my next post :D

Kamis, 04 Juni 2015

dandelion

satu tapi penyatu
panyatu tapi tak membelenggu
penyatu dan pendukung
mimpi mimpi anak kecil kemarin sore
akan gedung gedung tinggi
akan awan awan putih
balon balon warna warni
"tunggu tunggu jangan melangkahkan kakimu dulu"
"pahamilah sang waktu"
"bersahabatlah dengan angin"
"lemparlah batu dalam danau"
"kau akan tahu, kau akan tahu"
rambut dan kakimu mulai tumbuh,
sayapmu cukup kokoh untuk merobohkan pohon pohon di hutan hujan
larilah, terbanglah
akan kutiupkan angin angin yang membubungkanmu tinggi, tinggi kesana
ragamu mungkin sudah membumbung
tapi jangan lupakan jejakmu disini,
ya, jejakmu masih bersisa disini.
tepat di hatiku.

suatu saat aku akan meniupkan dandelionku sendiri dan membiarkan mereka terbang bebas kemanapun yang mereka inginkan, tanpa melupakan jejak jejak kecil mereka di hatiku