Senin, 14 Desember 2015

maharani

abang, hari ini aku letih
sangat letih.
tubuhku penuh luka.
hatiku berceceran darah hitam bang.
darahnya tak kunjung berhenti meski sudah kusumpal dengan berlembar lembar kain.
aku terlampau malu untuk pulang
aku telah menjadi makhluk yang lemah,
malu aku pada biyung bang
malu pula aku padamu.

abang, biarkan aku pulang ke rumah bapak
antar aku ke Maharani
biar dia membawaku pergi
antar aku ke Maharani bang
biar aku pulang ke rumah yang tak pernah kusinggahi

Selasa, 01 Desember 2015

tentang hari senin

senin senin senin
senin kedua saya merasakan sebuah kehilangan
dulu.. empat tahun yang lalu
tepat saat mata kuliah Phonology yang membosankan
sore yang melelahkan. 
setelah seharian memeras otak dengan bermacam mata kuliah
emosi yang tak menentu
tugas dan kuis yang menumpuk
tepat pukul 17.30 saya mendapatkan kabar yang luar biasa.
tepat saat itu saya pun tak sadar bahwa telepon itulah gerbang transformasi saya.
transformasi dari anak kecil nakal ingusan yang manja menjadi gadis kecil pendiam yang kuat dan mandiri.
telepon itulah yang membuat saya melangkahkan kaki ke dunia yang benar benar berbeda.
saya digembleng oleh waktu, ditipu oleh angin, dibuai oleh laut.

kini senin itu terulang kembali
satu daun lagi gugur meninggalkan tempatnya
melambai dengan anggun kepada daun daun dibelakangnya
seakan berkata "waktuku sudah tiba, kalian harus tetap berjuang"
dan dengan bantuan angin dia menyusuri sawah, laut, menyapa pepohonan tetangga.
dan akhirnya jatuh diatas tanah
menguning, mengering, terinjak, terurai.
hilang

mungkin saat daun itu terbang, dia tak akan pernah kembali
tapi kita tahu pasti
dia akan lebih bahagia dengan kebebasannya.
kita hanya tinggal menunggu waktu untuk terbang
dibebaskan, didamaikan
karena kita hanya daun kecil yang berjuang untuk tumbuh dan bertahan
berjuang untuk tetap bermanfaat dan ada untuk yang lain.