Minggu, 29 Juni 2014

Menganalisis Karya Sastra

kata banyak orang jurusan sastra itu gampang, santai -_-
padahal mereka belum tahu seberapa ribetnya hidup sebagai penyandang status mahasiswa sastra.

kata dosen saya, jurusan sastra di kampus saya (gak mau nyebutin kampus saya ah :p) itu tidak melahirkan pencipta karya sastra, tetepi lebih menciptakan para kritikus sastra. nah, kritikus sastra adalah seseorang yang menulis segala sesuatu tentang karya sastra. menganalisis misalnya.

menganalisis karya sastra itu gak mudah loo,, banyak bidang yang harus dikuasai. Sejarah, Ekonomi, Sosial, Agama, dan semua aspek kehidupan.
sooo anak sastra tuh gak hanya baca cerita doang. mereka juga belajar disiplin ilmu lain :)
nah, sekarang saya mau bercerita tentang nganalisis karya sastra (saya nyebut ini bercerita bukan menjelasan. hehe...)
okee. pertama tama kita kenalan dulu sama yang namanya Wellek dan Warren.
nih orang namanya terkenal di dunia sastra. semua kritikus sastra pasti tau nih sama dua orang ini. karena mereka mencetuskan beberapa cetusan #alah# tentang menganalisis karya sastra.
menurut Wellek Warren, ada 3 pendekatan dalam menganalisis karya sastra.

1. Sociology of Writer
pendekatan ini mempertimbangkan penulis sebagai elemen yang paling penting untuk dianalisis. maksudnyaa, ketika kita menganalisis sebuah karya sastra, kita harus tahu background penulisnya. siapa dia, hobinya apa, kehidupan sehari harinya gimana dsb.
kenapa begituu??
karena pendekatan ini percaya bahwa kehidupan pribadi seorang penulis akan mempengaruhi hasil karyanya.
dengan kata lain kehidupan pribadi penulis terefleksikan dalam tulisan-tulisannya. gak percaya? mau bukti? okeee saya kasih contoh..
kalian pada kenal sama Om Charles Dickens gak?
hehe, kalau gak kenal, mending kenalan dulu deh. soalnya karyanya Om Dickens ini keren banget.
nah Om Dickens ini penulis asli Inggris, hidup pada zaman Victoria.
pada masa itu, strata sosial adalah hal yang sangat penting. yah, mereka menilai strata sosial itu tentunya dari jumlah properti yang dimiliki. sayangnya kehidupan Om Dickens waktu itu kurang beruntung, dia termasuk dalam lower class atau kelas bawah.
so, bisa dipastikan bahwa Om Dickens sangat paham sekali gaya hidup kelas bawah, kesulitan mereka, penderitaan mereka.
dann, apa yang dialami, dilihat, dirasakan oleh Om Dickens ini, tertuang apik dalam sederet karyanya yang mendunia.
tengok karyanya yang berjudul "Oliver Twist", "Christmas Carroll", "Great Expectation" daannn banyak karya yang lainnya. kalau kalian teliti, semua karya Om Dickens ini settingnya kehidupan lower class loh :)
jadi inilah yang dimaksudkan bahwa penulis itu merupakan aspek yang penting dalam karya sastra.

2. Sociology of Works
pendekatan ini bertentangan dengan pendekatan yang diatas. karena, jika menggunakan pendekatan ini, maka dalam menganalisa harus TIDAK menghiraukan kehidupan penulis. jadi hanya fokus pada apa yang kalian baca tanpa mempertimbangkan aspek kehidupan penulis atau hal yang lainnya.
contohnyaa kalau menganalisis puisi kita fokus pada metaphornya, line, rhyme, stanza, dan lain sebagainya :)
ingat yaa.. hanya fokus pada karya sastranya.

3. Sociology of Literature
nah pendekatan yang terakhir ini boleh dibilang yang paling complicated dan sophisticated. karenaa, pendekatan ini mengkoorelasikan antara karya sastra dan kondisi sosial. termasuk efek karya sastra itu terhadap para pembacanya.
contohnya,
ummm kalian tau kisah siti nurbaya kan??? pasti tau dong, hehe nah, akibat munculnya kisah ini, banyak pembaca yang memikirkan ulang tentang 'perjodohan'.. mereka pasti ngebayangin psikis orang yang dijodohin
soo cerita siti nurbaya ini sukses mengurangi praktek perjodohan paksa *alah :D hehehehehehe

sekian cerita saya tentang menganalisis karya sastra berdasarkan 3 pendekatan dari om wellek warren :)

Senin, 09 Juni 2014

Intertextuality

Intertextuality.
sebuah teori yang menurut saya adalah sebuah tantangan.
dulu sewaktu dosen saya pertama kali menjelaskan tentang teori ini, saya langsung tertarik dan bercita cita untuk menggunakannya untuk menganalisis novel yang rencananya akan menghantarkan saya meraih gelar sarjana sastra saya.
dan akhirnya saya benar benar menggunakan teori ini untuk skripsi saya.

kebanyakan teman saya menilai teori ini gampang gampang susah. jika kita tidak tepat dalam menggunakan teori ini akan bingung jadinya... hehehe

intertextuality, kalau berbicara masalah umbrella theory adalah peranakan dari comparative literature.
comparative literature sendiri sangatlah jelas intinya adalah membandingkan dua atau lebih karya sastra. dan tujuannya adalah untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam akan sebuah karya sastra.
nah hubungan comparative literature dengan intertextuality sendiri adalah dalam hal cabang.
bisa dikatan intertextuality ini adalah cabang dari comparative literature.

pengertian intertextuality sendiri secara general adalah hubungan antara text satu dengan text lainnya. hubungan ini terjadi karena satu text satu mempengaruhi text yang lainnya.
para pakar teori sastra yang mendukung teori intertextuality ini mengatakan bahwa sebenarnya sebuah karya sastra itu bukanlah murni hasil pemikiran si penulis. mereka bahkan percaya bahwa penulis hanyalah sebuah media untuk menciptakan karya sastra. mereka berasumsi bahwa sebenarnya sebuah karya sastra lah yang menciptakan karya sastra yang lain.
kenapa begitu?
sebelum si penulis menjadi 'penulis' dan menulis karyanya. tentunya dia adalah seorang 'pembaca' yang membaca semua karya sastra hasil karya orang lain. dan ketika dalam proses penulisan, semua hal yang pernah dibacanya secara tidak sadar akan tertuang dalam karyanya.
dengan kata lain si 'pembaca' yang menjadi 'penulis' ini terinspirasi oleh semua karya yang telah dibacanya.
disinilah hubungan antar text itu terjadi.
hubungan intertextuality juga bisa dikatakan hubungan saling pengaruh mempengaruhi.
tori ini bertujuan untuk menemukan titik titik, atau elemen elemen yang mempengaruhi dan dipengaruhi dalam karya sastra.
untuk menemukan titik dan elemen itu, digunakanlah teori comparative literature sebagai langkah awal untuk membandingkan karya sastra yang akan dianalisis.
setelah membandingkan tentunya akan menemukan persamaan dan perbedaan antara karya sastra tersebut.
setelah itu, muncullah istilah yang dinamakan Hypogram.
apakah Hypogram itu?
Hypogram adalah segala elemen dalam prior text atau teks awal yang mempengaruhi teks berikutnya.
jadi tentulah hypogram ini berasal dari karya sastra yang penerbitannya paling tua. karena tidak mungkin yang terpengaruh adalah karya sastra lama terhadap karya sastra baru. hehe -__-
nah Hypogram yang telah berubah wujud menjadi teks baru atau karya baru disebut Transformation.