Minggu, 03 September 2023

Qawiy

Si kuat yang dititipkan Tuhan pada kami -

Mungkin dalam seperempat abadku, aku tak pernah membayangkan bahwa aku nantinya akan mengakhiri masa lajangku, mengakhiri dolen dolen gak jelas tiap weekend dan semua cuti cuti tanpa juntrungan yang aku sebut dengan "escape plan" mengadopsi daydreaming-nya Paramore, kemudian tanpa bisa kukendalikan siklus itu beralih dengan cepat.

2019

Kisahnya dimulai dari duaribu sembilan belas bulan januari. Secara hukum dan agama aku sah menjadi "beban" dan tanggung jawab orang lain yang disebut suami wkwkwk. Dibalik tawa renyahku tadi, tujuh hari setelahnya aku kehilangan orang yang kugadang sebagai pengganti bapakku. dalam satu bulan itu, aku yang masih meraba menapaki jalan baru merasakan dua fase: senang - sedih.

masih di bulan yang sama, setelah dijatuhkan sejatuh jatuhnya, aku dilambungkan kembali dengan melesatnya karir yang didambakan ibuku. tiga fase: senang - sedih - senang. Jalanku masih meraba raba, tubuh masih agak limbung, tidak tahu akan melangkah kemana, tak tahu akan dibawa kemana

Mei, aku mengajukan resign atas semua pencapaian yang kurintis sejak 2016 di kantor lamaku, tempatku belajar, terjatuh, meringis, berkembang, melihat wajah wajah manusia. ada yang harus kukejar, mimpiku, mimpi ibuku, meski harus pindah jauh.

Juni, hari hari makin terasa berat. banyak hal yang harus dikorbankan. Keluarga, jarak, waktu, apapun itu semua dikorbankan demi mimpi ibuku, mimpiku. Hitungan hari aku menjadi orang yang merasa paling terpuruk, sendirian. Padahal ini mungkin jawaban atas semua doaku beberapa tahun yang lalu tentang "hidup dekat dengan alam, sawah, udara segar, desa, kedamaian". ternyata ketika dikabulkan, aku yang paling lantang berteriak "bukan itu yang aku inginkan", setidak-tahu-diuntungnya makhluk seperti aku ini.

Dalam kesendirianku, tiba-tiba aku tidak sendiri, tiba-tiba ada si kuat yang menemani. Seminggu setelah kepindahan di tempat paling terpencil dan sendirian, aku baru tahu kalau ada kamu yang menemaniku, kamu yang tinggal dalam perutku. Mungkin itu alasan kenapa aku tak bisa makan nasi, mual sana sini, suka sekali lihat buah segar beraneka warna, suka makan cilok, sate, es buah dan teman temannya.

Mungkin kamu tidak ingat, kita berdua melewati banyak hal bersama dan tidak satu pun orang turut serta termasuk bapakmu. Kita sering naik turun gunung hanya untuk sekedar mengurus berkas di kota, kita mual muntah bersama di dalam angkot yang cuman beroperasi sampai jam 1 siang. Kita mengejar waktu bersama. Segala bentuk kegiatan di tempat kerja aku sering alpa, karena aku lebih memilih meringkuk menahan nikmatnya lemas di UKS. 

Bapakmu menyempatkan waktu dua minggu sekali mengunjungi kita, kalau ga gitu gantian kita yang naik turun gunung pakai travel biar bisa pulang ke rumah. meskipun di rumah hanya hitungan jam, cukup untuk menghilangkan segala rindu akan rumah. Kita biasanya naik travel hari sabtu lepas isya, sampai rumah pukul 3 dini hari. kemudian minggu lepas isya harus naik travel kembali, sampai tanah rantau pukul 3 dini hari dan langsung bekerja. Kalau di hitung hitung, kita hanya sekitar 16 - 17 jam di rumah. Sekarang kamu sudah paham kenapa kamu dinamai si kuat?

waktu usiamu 5 bulan di perutku, lagi lagi kita harus kehilangan. Ibuku akhirnya menyerah kepada penyakit yang sudah beliau lawan sekitar 6 bulan yang lalu. Ibuku, yang nantinya jadi satu-satunya nenekmu meninggalkan kita. Jadilah nanti waktu kamu lahir kamu tidak punya nenek maupun kakek. Mungkin nanti kamu tak merasakan apa yang teman2mu rasakan. Tapi tak apa nak, nama-nama mereka sudah kami ukir dalam namamu. dalam darahmu, langkahmu, ada mereka yang membersamai. Sekarang kamu sudah paham kenapa kamu dinamai si kuat?

Pun ketika kamu masih di perutku, kita berjuang bersama mengikuti segala kelas dan pelatihan melelahkan saat diklat dasar, melakoni ujian / sidang implementasi latsar. semua kita lakukan bersama. membuat laporan hingga larut, berdua, hanya berdua. Sekarang kamu sudah paham kenapa kamu dinamai si kuat?

- to be continued