Jumat, 18 Maret 2016

Sembilan belas maret

Sedang duduk diantara orang orang yang sibuk
Super duper sibuk
Saya bisa mendengar langkah kaki mereka beradu dengan lantai putih pucat meskipun banyak sekali kebisingan di luar.
Saya bisa mendengar decit decit roda koper yang mereka tarik dengan susah payah
Nampaknya waktu sudah mengejar mereka hingga mereka tak sempat saling tukar pandang
Apalagi saling senyum menyapa.
Ah saya salah lagi.
Memang dewasa ini sudah tak jaman saling tersenyum pada orang asing.
Untuk apa? Kan kita tidak kenal. Kan kita tak sedang membutuhkan. Dan beberapa kan kan kan yang lainnya.

Kembali ke tempat ini
Entah kapan terakhir kali saya kesini
Tempat ini sudah sangat jauh berbeda
Lebih bersih. Putih. Pucat. Dingin
Tak ada lagi loket loket abu abu yang cat dindingnya sudah mengelupas
Sudut ruang yang lembab dan berjamur digantikan oleh beberapa colokan listrik yang berlabelkan 'gratis'
Surga bagi pecandu gadget busuk yang melabeli diri dengan kata 'smartphone' tapi ironisnya malah membuat pemakainya stupid dan gak peka
Oke. Maafkan saya karena saya mulai berkata buruk.

Masih disini
Meskipun semuanya berubah
Saya dengan masih bisa melihat dengan jelas
Kerumunan orang yang saling berdesakan
Bapak bapak merokok dan bersenda gurau diujung sana
Anak anak kecil yang berlarian gembira
Ibu ibu tak saling kenal namun mampu berbicara tentang cuaca
Tukang becak yang berebut penumpang
Pengap. Kumuh. namun hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar