Selasa, 22 September 2015

tebing

aku masih bertahan di bukit yang sama
saat mendung mulai menjalar rapat diatas kepala manusia manusia angkuh yang berlarian menghambur mencari perlindungan atau tempat teduh yang bisa menerbangkan kepala mereka
aku masih berpegangan erat di akar akar pohon yang aku tak pernah tahu kapan melapuknya akar akar itu.
sambil tetap bergelayutan di tebing tebing bukit yang cadas
kakiku kesakitan tergores bebatuan, lenganku mulai kepayahan
terbersit untuk kesekian kalinya dalam kepalaku
betapa bodohnya aku
menunggu dan bertahan di tempat yang sama
menahan luka
menangkis angin kencang
memeluk erat bebatuan
yah, beberapa kali aku menangis
mengejang dan marah
tapi aku tak jua beranjak dari sana
entah apa yang membuatku bertahan

bayangan bayangan kelam akan masa lalu menghantui benak benakku
membuatku sedikit memejamkan mata dan tenggelam dalam buaian lumpur lumpur kebodohan
aku bodoh dan aku menikmati dibodohi
mungkin terdengar aneh
entahlah
membuat orang yang membodohi merasa pintar menjadi kepuasan untukku
bingung?

pergi sajalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar