berdiri dengan santainya dibawah bayangan
mengembangkan bibir licik, mata mengejek
tak malu kah?
setiap biji kata yang terlontar dari lidah luwes
semua permainan kata
bersembunyi dibelakang punggung kebohongan
berkoar koar tentang kejujuran
meneriakkan kebohongan, penipuan.
untuk apa?
hatimu, kurasa sudah tiada
perasaanmu, kurasa sudah meninggalkan alam fana
aku tidak mengerti
sungguh tak sedikitpun aku mengerti
apakah guna beton beton kebohonganmu
tak risih kah saat kau memanggil nama Tuhanmu?
ah, terserahlah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar